Selasa, 14 November 2017

PART 1

Hari ini adalah hari masa terakhirku menginjakkan kaki pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Aku sudah menginjak kelas 12 atau lebih tepatnya adalah kelas 3 SMA. Aku pun segera bergegas bersiap untuk berangkat sekolah. Tak sabar untuk menceritakan liburanku kemarin dengan Tara.

"Aku akan menjawabnya hari ini. Semoga tara bisa menerima nya." ucapku.

Setelah mandi dan sedikit berdandan, aku menuruni anak tangga menuju Ruang makan.\

"Pelan sayang turun tangga nya." Ucap Dad yang melihatku terburu-buru menuruni anak tangga.

" Hehehe... pagi Mom, Dad." Sapa ku.

"Pagi sayang." Sahut mom and dad kompak.

"Kok mom and Dad aja. Kakak mu gak disapa?" Tanya mom.

"Pagi kak." Sapa ku ketus.

"Kalian masih marahan juga? Sayang, kakak mu kan memang harus persiapan keluar negeri untuk kuliah nya." Jelas Dad.

"Aku tau dad. Tapi, kenapa harus ke luar negeri? Emang pendidikan di dalam negeri belum cukup? Nanti sepi tau rumahnya kalo kakak gak ada." Sahutku ketus.

"Kakak janji deh, setahun dua kali akan berkunjung kesini buat nengok kamu. Atau kamu mau coba merasakan indah nya dunia luar negeri?" Janji ka rasta..

Dia adalah kakak-ku. Nama nya Rasta Delino Yuda. Kakak memiliki nama terakhir dengan nama Dad sedangkan aku dengan nama Mom. Kami sangat dekat dan tak pernah ingin terpisahkan. Tapi, waktu berkata lain. Setelah aku menyelesaikan sekolah Kakak akan pergi berkuliah ke New Zealand sedangkan aku memilih prancis atau inggris.

"Dek, apa kamu sudah mengetahui tentang Tara?" Ucap Kak Rasta mengganti topik.

"Hem... Iya, Dia masih satu sekolah denganku. aku sangat tidak sabar untuk menceritakan liburan kemarin dan kaka pergi meninggalkan ku. Kenapa?" Tanya ku sambil memakan sarapan ku.

"Kamu belum mengetahui nya bahwa dia pergi keluar negeri dua hari yang lalu?" Ucap Ka rasta membuatku berhenti memakan jatah sarapan ku.

"Semendadak itukah?" Tanya dad.

"Mungkin ayahnya memiliki perusahaan yang hampir bangkrut diluar negeri yang harus segera di urus." Jawab Ka Rasta asal.

Memang belum lama ini Tara juga menceritakan hal yang sama dan apa yang aku takutkan terjadi. Dia meninggalkan aku tanpa mengabari sama sekali, Setelah itu kaka yang akan pergi meninggalkan ku.

"Apa maksud kamu? Tara ke luar negerri?" Tanya mom yang juga kaget mendengar berita itu.

"Iya, dua hari yang lalu tara bertemu dengan kakak di depan dan dia bilang, dia akan pergi ke luar negeri hari itu. Kakak fikir kalian sudah berpamitan." Ucap Ka Rasta.

Aku pun segera keluar rumah dan benar! Rumahnya terlihat sangat sepi. Sudah tidak berpenghuni. Kukira tiga hari yang lalu bukanlah hari terakhir bagiku untuk bertemu dengannya. Tapi, ternyata aku salah. Ternyata perpisahan yang mendadak seperti ini akan datang secara tiba-tiba.

"Sayang, ayo berangkat sekolah. Ini roti nya di habiskan di jalan. Nanti kamu terlambat." Perintah mom.

Entah mengapa nafsu makan ku menghilang setelah tau bahwa Tara pergi begitu saja. Lantas apakah semua yang ia katakan kepadaku hanya candaan? Entahlah. Tara sempat menyatakan cinta padaku. Tapi, aku meminta waktu untuk memikirkan jawabannya. Belum sempat ku jawab. Tara sudah pergi meninggalkan ku.

Tiga hari sebelumnya...

"Ena, ada yang ingin aku sampaikan ke kamu." Ucap Tara yang sepertinya berbicara serius.

"Ada apa tar? Ngomong aja. Nggak biasanya kamu seserius ini." Canda ku.

"Aku..." Ucapnya dengan jeda yang lama.

Aku pun bingung. Sepertinya ada sesuatu yang sangat serius ingin di bicarakan. Aku dan tara sedang berada di bawah pohon Rindang taman komplek. Seperti biasa sebelum pulang ke rumah kami selalu bermain dahulu.

"Tar, kamu kenapa sih? Nggak biasanya begini. Ada sesuatu yang kamu sembunyiin dari aku ya?"Tanyaku penasaran.

"Em... bisakah kita terhubung lebih dari seorang sahabat?" Ucap Tara lalu memalingkan wajahnya.
Aku terdiam.

"Maksud aku, Aku menyayangimu melebihi seorang sahabat. Apakah kamu menerima kenyataan itu dan merasakan apa yang aku rasakan?" Ucap tara membelakangiku.

"Tar, aku boleh minta wak--" Ucapanku terpotong.

"Kamu nggak harus jawab sekarang. Itu nggak terlalu penting buat aku. Dan, aku akan menerima apapun jawaban kamu nanti." Ucapnya.

Aku terdiam membisu memikirkan apa yang dikatakan oleh Tara. Suasana menjadi sunyi dan keadaan menjadi canggung akibat pembicaraan itu.

"Ena, kita pulang saja yuk. Sudah hampir larut. Nanti kamu sakit." Kata Tara.
Aku hanya mengangguk faham. Di dalam perjalanan,

"Ena, alasan ku mengucapakn seperti tadi adalah aku tidak akan tau kapan kita akan berpisah. Aku minta maaf jika selama ini ada rasa tidak nyaman. Aku mengucapkan kata tadi dengan tulus karena aku baru menyadari kenyamanan itu. Aku minta maaf." Jelasnya.

"Kamu akan pergi meninggalkan ku?" Tanyaku sambil menahan tangan nya dan saling berhadapan.

"Aku nggak akan pernah meninggalkan kamu. Dan aku juga takkan tahu kapan kita akan berpisah. Aku tak berharap cepat dan aku ingin kita bersama selamanya. Tapi..." ucapnya menggantung.

"Aku tahu. Aku akan memberikan jawaban secepatnya asalkan kamu janji tidak akan meninggalkan ku dalam waktu dekat ini." Ucapku.

Tara mengangguk dan tersenyum kepada ku. Lalu dia mengantarkan aku pulang kerumah mengobrol sebentar dengan mom lalu pamit pulang.

#FlashbackOff

"Sayang, kita udah sampai. Kamu melamunkan apa?" Tanya dad yang menyempatkan waktu untuk mengantarku.

Aku pun menggeleng dengan cepat.

"Tidak ada daddy. Kalo gitu, aku sekolah dulu. Terimakasih sudah mengantarku." Sahutku memeluk daddy.

"Iya sayang. Selamat belajar." Ucap dad lalu mencium keningku.

Aku pun turun dan merasa lebih lega setelah sampai sekolah. Segera aku menuju kelas.

Di dalam kelas....

Ada kah yang penasaran?

Senin, 13 November 2017

Aku Merindukan Kamu

SINOPSIS

"Apa daya ku ketika mendengar bahwa kita tak lagi berada di satu negara. Kamu sama sekali tak mengabari aku jika ingin pergi meninggalkan ku, ketika aku baru memulai merasakan adanya rasa yang lebih terhadapmu. Ku harap kita akan bertemu dengan keadaan yang sama tanpa melupakan kenangan tentang kita." By sheina adinda friska.

"Dear, ena. Maaf tak sempat memberikan kabar tentang kepergian ku ini. Tapi bukan berarti kita tak dipertemukan lagi. Suatu saat nanti aku berharap kita akan dipertemukan dan tak saling melupakan tentang kenangan yang telah kita ukir selama ini. Orang tua ku tak mengizinkan ku untuk menemui mu beberapa hari ini karena ibu berfikir kamu takkan mengizinkan ku pergi. Sekali lagi maafkan aku." By Aditama Grantana.

Ok!

Jadi, di cerita kali ini. Aku akan menceritakan tentang sepasang sahabat dari kecil hingga menuju dewasa. Namun, takdir berkata lain terhadap mereka. Mereka harus dipisahkan, pihak Lelaki diharus pindah keluar negeri secara mendadak karena perusahaan keluarga nya yang membutuhkan bantuan untuk meningkatkan keuntungan bagi keluarga nya.

Sedangkan pihak perempuan mau tak mau harus menunggu pihak lelaki datang atau... berusaha untuk melupakan masa lalu nya dan kenangan tersebut.

Akan ada banyak konflik pada cerita kali ini. Penasaran?
Tunggu kelanjutannya :)

Note :

Sheina Adinda Friska : Sheina, Ena, Ina, Dinda, Iska
Aditama Grantana : Adit, Tama, Tara